Di abad 17, ketika kompeni menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara, pengasingan orang-orang
Orang-orang buangan tersebut ditempatkan di Bo-Kaap, sebuah kawasan di Cape
Menurut data, populasi muslim di Afrika Selatan kini mencapai 1,5% daritotal 44 juta penduduk yang ada.
Rumah-rumah di Bo-Kaap bercorak khas, paduan antara gaya Timur dan neoklasik. Jalan-jalannya masih buatan batu asli dari abad ke-17, ditambah cat rumah yang warna-warni sehingga menambah keunikan kota ini. Pemukiman yang unik itu dikenal sebagai Kampung Melayu atau The MalayQuarter.
Penduduknya kebanyakan keturunan pendatang dari Malaysia Dan Indonesia, yang tiba di Benua Afrika 300 tahun dahulu
.

Sepintas, orang tak akan yakin mereka keturunan Melayu. Nama panggilannya memang nama-nama islami khas Melayu, tapi nama keluarganya Barat, akibat peraturan dua abad lalu yang mengharuskan mereka memiliki nama yang mudah diucapkan penjajah Belanda. Lagi pula, mereka tidak berbahasa Melayu, tetapi Inggris dan Afrikaans, sejenis bahasa Belanda. Hanya beberapa kata Melayu saja yang masih terselip dalam bahasa mereka.
Menurut ahli-ahli sejarah, orang melayu pertama yang tiba di AfrikaSelatan terdiri atas budak-budak atau pekerja paksa yang diangkut ke sana oleh pemerintah Hindia Belanda. Menurut arkip muzeum di Bo-Kaap, selama periode 1652 sampai 1808 tercatat 4.890 budak yang tiba di Cape Town, di antaranya 1.033 berasal dari malaysia dan Indonesia.
Hal yang menonjol lagi adalah bahwa di tempat ini, walaupun bukan negara muslim, namun kebebasan beragama begitu tinggi. Kaum laki-laki muslim minoriti mengenakan baju gamis dan memelihara janggut. Sementara kaum perempuannya, mengenakan abaya dan ada juga yang memakai hijab atau burqa sebagai penutup wajah.
Terdapat sebelas masjid di Bo-Kaap. Yang tertua ialah Masjid Auwal yang dibangun pada tahun 1798. Masjid ini sekaligus sebagai simbol pengakuan Islam serta eksistensi muslim di Afrika Selatan. Dari masjid ini pula ajaran madzhab Syafiiyah mulai disebarkan.
Hal yang menonjol lagi adalah bahwa di tempat ini, walaupun bukan negara muslim, namun kebebasan beragama begitu tinggi. Kaum laki-laki muslim minoriti mengenakan baju gamis dan memelihara janggut. Sementara kaum perempuannya, mengenakan abaya dan ada juga yang memakai hijab atau burqa sebagai penutup wajah.
0 komentar:
Posting Komentar